Senin, 12 Januari 2009

Suiseki



Temen temen mau lenoih pintar? kunjungi

http://msuyanto.com/

http://www.amikom.ac.id

Suiseki Adalah batu apresiasi seni dan mungkin juga merujuk pada obyek yang apresiasi-batu. Suiseki dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk yang melahirkan seorang tokoh persamaan manusia, hewan angka, bentuk pemandangan, dan orang-orang yang bersifat abstrak.Pemandangan bentuk yang paling populer karena dapat ditampilkan di samping Bonsai.
Pada umumnya, kolektor suiseki kesukaan blacker batu ke batu yang lebih ringan dengan warna dan orang-orang yang lebih halus tekstur yang lebih kasar.Susiseki terjadi karena gerusan fenomena alam misal gerusan arus sungai selama ber puluh puluh bahkan beratus atau juta tahun sehingga membentuk wajsh seni unik dari batu suiseki.

Indonesia sangat kaya akan batu ini karena indonesia memiliki gunung beapi yang merupakan materail utama pembentuk batu. bentuk muka bumi indonesia juga sangat berperan dalam pembentukan suiseki ini, landscape yang bergunung gunuung . lembah , sungai tua misalya.











Sabtu, 10 Januari 2009


Bagi mereka yang paham terhadap seni dari Jepang, pasti tahu tentang batu suiseki. Bagi masyarakat umum, suiseki mungkin masih terdengar aneh di telinga masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat Semenanjung Korea, Jepang, dan Taiwan, seni batu ini hadir dengan berbagai nama.
Di Korea, suiseki disebut Su-Seok, yang artinya ‘batu berumur tua'. Di China, batu-batu ini akrab dipanggil shangshe,yang artinya ‘batu-batu indah'. Di Jepang sendiri disebut suiseki, yang artinya ‘batu air'. Meski mempunyai banyak panggilan, pengertiannya tetap sama, yakni batuan bernilai seni tinggi yang tercipta secara alamiah akibat proses alam yang berhubungan dengan air. Selintas batuan suiseki terlihat biasa saja. Namun, jika diperhatikan secara seksama, batuan itu bisa berbentuk menyerupai sesuatu, seperti bentuk binatang, atau bentuk alam seperti gunung, tebing, dan sejenisnya.
Seni ini muncul kira-kira 1.500 tahun lalu, sekitar tahun 618 sampai 907. Waktu itu, masanya kerajaan Dinasti Tan dan Sung. Di negeri Tiongkok itu, suiseki lahir dengan sebutan Shang-Sek atau Yah-Sek. Artinya, batu yang dapat dinikmati keindahannya dalam jenis dan arti yang lebih luas. Nama suiseki berasal dari akar kata Sui-Sek dalam bahasa Cina, yang berarti batu air.
Konon, sekitar 3.000 tahun yang lalu alkisah ada seorang rakyat biasa negeri Song menemukan sepotong batu. Karena percaya itu sangat bernilai maka batu tersebut disimpan baik-baik. Tamu-tamu yang berkunjung mengamati batu tersebut dan mulai menyenanginya. Pada awal Dinasti Shang (20 abad S.M) kegemaran terhadap seni batu mulai memasyarakat dan populer.
Nah, karena batu-batu tersebut sangat bernilai, maka sebenarnya sangat layak untuk dijadikan satu peluang usaha. Kuncinya adalah memahami seni suiseki dan punya jiwa petualang. Untuk mendapatkan jenis batu suiseki, tidaklah sulit. Bagi penggemar suiseki, Indonesia justru adalah surganya. Iklim tropis dan kondisi alam yang memungkinkan batu-batu indah ini mudah ditemukan. Jadi, jangan heran kalau suiseki di Indonesia tidak kalah menarik dibanding suiseki dari Korea, Jepang, atau Taiwan. Namun mencari batu-batu yang memiliki bentuk seni tinggi butuh suatu ketelatenan dan jiwa petualang yang tinggi. Biasanya batuan seperti itu banyak ditemukan di alam terbuka dan daerah-daerah yang dekat dengan aliran sungai.
Untuk daerah yang cukup kaya akan batu suiseki, Sumatera Barat merupakan ladang emas suiseki. Mulai Sungai Ombilin, Batanghari, Sijunjung, Sawah Lunto sampai sungai di Payakumbuh, merupakan tempat paling kaya akan batu suiseki. Namun tidak hanya di Sumatera Barat, di daerah lain pun sebenarnya kalau kita paham dan sering mengeksplor wilayah-wilayah lain, mungkin saja kita bisa menemukan ladang emas sendiri.
Soal harga, tentu sangat ditentukan oleh nilai artistik dari batu tersebut. Untuk itu sebenarnya diperlukan pemahaman tentang seni suiseki itu sendiri. Terkadang penilaian subyektif lebih banyak bermain di sini. Namun, tetap saja ada aturan dan patokan dari nilai suiseki ini, seperti salah satunya adalah originalitas batu tersebut. Selain itu harus dipastikan bahwa bentuk dari batu tersebut dibentuk oleh alam, bukan oleh tangan manusia.
Prospek bisnis ini sebenarnya cukup menjanjikan, apalagi skalanya bisa pada tingkat ekspor. Para pecinta suiseki di luar negeri menyukai hasil batu alam yang dihasilkan Indonesia. Namun karena kurangnya para pengusaha batu alam ini, permintaan dari luar negeri seringkali tidak bisa dipenuhi.
Anda tertarik mencobanya?
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/, http://www.sinarharapan.co.id/
Sumber foto: www.artlex.com

Suiseki are small, naturally formed stones admired for their beauty and for their power to suggest a scene from nature or an object closely associated with nature. Among the most popular types of suiseki (pronounced suu-ee-seck-ee) are those that suggest a distant mountain, a waterfall, an island, a thatched hut, or an animal.
The art of suiseki is believed to have originated some two thousand years ago in China, where small stones of great natural beauty were set on stands to represent legendary islands and mountains associated with Buddhist or Taoist beliefs. In the sixth century A. D . emissaries from the Asian mainland brought several such stones to Japan. The Japanese adapted the art to their own tastes and have practiced it to this day.
Suiseki are traditionally exhibited on a carved wooden base or in a shallow tray. When formally exhibited, suiseki are often accompanied by bonsai; dwarfed trees trained to grow into pleasing shapes. The term suiseki means literally "water stone". It is derived from the ancient custom of displaying miniature landscape stones in trays filled with water and from the association between suiseki and classical Oriental landscape paintings of mountains and lakes.
In the last thirty years. the popularity of suiseki in Japan has been increasing. Numerous books in Japanese have been written on the subject, and annual exhibitions of suiseki are held in nearly every large Japanese city. Collectors roam the countryside looking for high quality specimens, and some of their finds are sold for thousands of dollars.
Within the last decade, an increasing number of non-Japanese, particularly Western bonsai and tray landscape enthusiasts have discovered the special beauty of suiseki. These new collectors share with their Japanese counterparts the challenge of searching for suiseki among thousands of ordinary stones and the exhilaration of discovering a specimen that will be admired for generations to come.

Indonesian suiseki

On this website we present part of our collection of beautiful suiseki, from Indonesia. These stones are works of art it made by nature. The amazing shapes and textures have been created during millions of years. These stones have played an important role in the history of art during the last thousand years in indonesia In English they are known under different names: spirit stone, scholars' rock, viewing stone, panorama stone or art stone.suiseki are relatively new to the western world, but some art museums in the US and Europe have started building up a collection of them. Once you have seen them, you will be fascinated by them and you'll understand why the indonesian people collected them. They are an intellectual challenge and an adventure, a way to the world within, rather than the outside. When placed on a pedestal it is art, art by the Gods. These rocks can radiate emotions, suggest movement, create tranquility, inspire an artist to create a work of art or start a close and rewarding relationship with the viewer. It can elevate your mind and take you on a journey to the beyond. In the essay Taihu Rocks, Bai Juyi wrote: "The famous mountains, the hundred caves and valleys are all presented by these rocks. Sit there and you can see at a glance a hundred hills spread over a thousand lines in a rock the size of a fist."We have a total of about 800 stones in stock. They can be viewed by appointment.